Otak Relax vs Pikiran Aktif
Bulan November 2014, saat usia Abimanyu 5 tahun, aku pernah menulis ini: https://www.pendidikan-rumah.com/2014/11/ciri-anak-otak-kanan.html
Saat itu, pemahamanku tentang otak kanan dari beberapa sumber mengajakku mengamati Abi 5tahun. Dan aku mencoba membuat formula dari pemahaman itu lalu mempraktekkannya. Aku megamati setiap gerakan Abi dan mencoba memahami setiap kalimat atau respon yang Abi sampaikan ke aku.
Seiring berjalannya waktu, aku makin berusaha mendalami Abi. Dari santainya anak ini, kalimat yang dalam saat bertanya, pemikiran yang bisa dibilang lebih tua dari usianya, membuatku makin ingin mencari tahu bagaimana cara paling tepat buatku menemani perkembangan Abi.
Pembacaan diri Abi menunjukkanku sebuah pencerahan. Abi dengan desain diri otak kanan yang artinya dia memang bawaannya relax dalam mengerjakan sesuatu. Dengan target besar yang sesuai kebahagiaannya, pasti tercapai dengan mudah dan baik. Sementara pikirannya aktif dan spiritual. Itu sangat memberikan jawaban padaku, kenapa Abi begitu saat kecil.
Saat ini, di usia Abi 15tahun, aku semakin memperhatikan diriku saat menemaninya. Bagaimana aku perlu memberikan arahan ketika dia memintaku, bagaimana aku memberikan komentar ketika dia cerita tentang kehidupan remajanya.
Ada kesalahanku salam proses ini? tentu ada. Banyak malah.
Seperti, beberapa kali memberikan target yang sangat jelas dengan durasi yang ketat untuk Abi saat itu.
Seiring berjalannya waktu, aku makin berusaha mendalami Abi. Dari santainya anak ini, kalimat yang dalam saat bertanya, pemikiran yang bisa dibilang lebih tua dari usianya, membuatku makin ingin mencari tahu bagaimana cara paling tepat buatku menemani perkembangan Abi.
Pembacaan diri Abi menunjukkanku sebuah pencerahan. Abi dengan desain diri otak kanan yang artinya dia memang bawaannya relax dalam mengerjakan sesuatu. Dengan target besar yang sesuai kebahagiaannya, pasti tercapai dengan mudah dan baik. Sementara pikirannya aktif dan spiritual. Itu sangat memberikan jawaban padaku, kenapa Abi begitu saat kecil.
Saat ini, di usia Abi 15tahun, aku semakin memperhatikan diriku saat menemaninya. Bagaimana aku perlu memberikan arahan ketika dia memintaku, bagaimana aku memberikan komentar ketika dia cerita tentang kehidupan remajanya.
Ada kesalahanku salam proses ini? tentu ada. Banyak malah.
Seperti, beberapa kali memberikan target yang sangat jelas dengan durasi yang ketat untuk Abi saat itu.
Pola target ini membawa Abi ke kondisi harus menyelesaikan tugas terburu-buru.
Saat mengamati Abi, dia tipe anak yang bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan dorongan dari dirinya dengan relax. Pikirannya sangat tahu bahwa dia perlu menyelesaikan tugas tersebut, namun tetap perlu menjaga relax tubuhnya (tidak terburu-buru). Hal itu tampak sejak Abi kecil, hanya saja aku saat itu masih belum memahami pola pikirannya yang aktif sementara otaknya relax. Setelah mempelajari Abi lebih dalam dan dibantu suami yang mempelajari desain manusia, ternyata tampak juga di pembacaan desain diri Abi.
Saat mengamati Abi, dia tipe anak yang bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan dorongan dari dirinya dengan relax. Pikirannya sangat tahu bahwa dia perlu menyelesaikan tugas tersebut, namun tetap perlu menjaga relax tubuhnya (tidak terburu-buru). Hal itu tampak sejak Abi kecil, hanya saja aku saat itu masih belum memahami pola pikirannya yang aktif sementara otaknya relax. Setelah mempelajari Abi lebih dalam dan dibantu suami yang mempelajari desain manusia, ternyata tampak juga di pembacaan desain diri Abi.
Sejak Abi usia 7tahun, dia sangat terbiasa dengan jadwal yang kami buat bersama. Tampaknya baik, namun di balik itu ada rasa buru-buru di Abi yang ingin segera menyelesaikan tugasnya itu, karena pikiranya aktif bicara bahwa harus ... harus ... harus....
Tapi di setiap akhir hari, kami ngobrol dan mereview kembali, sering Abi merasa capek untuk menyelesaikan tugas itu dan tampak dari wajahnya.
Mulai usia 12tahun, aku mulai lebih dalam ngobrol sama Abi tentang enaknya bagaimana menyikapi hal ini. Supaya tugas berjalan lancar tapi dengan rasa nyaman dan tugas tersebut membawa makna bagi diri Abi. Makna dalam hal ini adalah perkembangan baik untuk Abi secara teknis dan non teknis.
Maka sejak Abi menginjak usia 15tahun, aku belajar untuk mengamati pola belajar dia. Aku bersyukur dia pun mau refleksi diri dan mengungkapkan padaku. Dan semakin Abi relax, justru tugasnya sebagai prioritas saat ini berjalan dengan lancar dan sesuai bayangannya.
Dengaan relax otak dan badan Abi saat mengerjakan musiknya, mulai tampak pergeseran saat ini. Musiknya menjadi sangat Abi banget dan easy listening. Abi juga mau bergeser idealisme sebagai seorang one man show, yang muncul saat usia 13tahun dan dikuatkan dengan pikiran aktif yang merongrong bahwa tugas harus perfect dan tuntas sesegera mungkin tanpa memperhatikan badannya.
Apa yang Abi inginkan dengan ngoyo malah terasa berat dan tidak sampai-sampai di titiknya.
Namun begitu aku dan Abi saling memahami tentang pikiran aktif versus otak relax ini, banyak keajaiban terjadi. Bahwa pikiran aktif cukup diamati saja lalu pilih mana prioritasnya yang perlu dilakukan dengan memperhatikan otak dan tubuhnya, malah semua wishlist Abi tercapai satu demi satu dengan mudahnya.
Saat ini dokumentasi perkembangan musik Abi terus bergerak naik.
Berikut linknya: http://www.youtube.com/@abirakaw
Kadang kita sebagai seorang ibu berharap menjadi yang terbaik, namun kadang caranya kurang tepat untuk anak-anak kita. Kita sangat perlu mengenali anak kita sampai dalam dan relfeksi diri kita lebih dalam juga sampai detil. Apakah sikap yang kita ambil adalah yang tepat?
Komentar
Posting Komentar