FESPER 2015 - Day2 (2)
Waktu menunjukkan pukul 13.00, panitia pun mengundang kembali para peserta untuk melanjutkan Diskusi II setelah istirahat makan dan sholat.
Anak-anak ada yang mengikuti Pengamatan Matahari, Panahan, Atletik, Melukis Boneka Kayu, dan atau seseruan di Kampung Main. Keceriaan anak-anak memang tiada tandingannya. Melihat mereka asyik berkegiatan dan berproses bersama teman baru dan lama sangat ayem rasanya.
Sebenarnya aku agak lupa detil tema di Diskusi II ini. Tapi sepanjang ingatanku "Keseharian HS" sepertinya cukup mewakili. Di sini beberapa keluarga berbagi cerita tentang keseharian mereka bersama anak-anak. Ada keluarga Irma (3 anak), Annette (2 anak), Ade-Reza (2 anak), Gina-Gatot (2 anak), Raken-Reza (2 anak), Lini (2 anak), Siddiq (4 anak), Maria (3 anak), Patricia (1 anak).
Keluarga praktisi HS tersebut memiliki model HS sendiri yang mereka terapkan dalam keseharian. Semua berjalan menyesuaikan dengan keunikan orang tua dan anak-anaknya. Dan justru sebenarnya itulah HS = Homeschooling. Karena Homeschooling adalah keluarga itu sendiri.
Setelah mendengar mereka berbagi, maka peserta dikelompokkan lagi untuk selanjutnya berdiskusi.
Diskusi ini mempunyai tujuan bahwa semakin terbuka wawasan baru bagaimana praktek HS di keluarga masing-masing. Aku sendiri menarik kesimpulan setiap orang tua yang hadir di FESPER kemarin sebenarnya sudah banyak mengerti tentang praktek HS itu sendiri, hanya saja kegalauan masih saja menjadi momok nomer satu yang menghambat mereka.
Galau terhadap apa? mungkin paling masuk akal dan paling umum jawabannya adalah Masa Depan Anak-Anak. Yang kemudian jika dirunut akan muncul, 'apakah aku sudah benar mendidiknya?', 'apakah cara aku memberikan penjelasan sudah pas?', 'apakah fasilitas dan arahan yang kuberikan sudah sesuai dengan keinginannya?'....
Hal-hal ini pasti akan melintas di benak setiap orang tua, tidak hanya praktisi HS.
Sehingga hanya satu kunci dari semuanya itu, yaitu Keyakinan.
Keyakinan akan satu VISI akan membawa kepada Kekompakan suami istri.
Kekompakan terhadap segala sesuatu disertai dengan contoh nyata akan memberikan teladan bagi anak-anak dan dengan sendirinya akan membawa kepada praktek HS yang paling cocok dengan keluarga itu sendiri.
Memang perlu ditarik sebuah garis besar terlebih dahulu.
VISI MISI keluarga tersebut apa. Lalu bagaimana bersama anak-anaka mencapai semuanya itu.
Dan garis-garis kecil yang merupakan tindakan nyata satu persatu yang didasari dengan nilai-nilai baik keluarga inilah yang diterapkan ke dalam keseharian pendidikan sebuah keluarga (HS).
Tema Diskusi III : lupa... ;)
Sangat bervariasi dan kadang mengintimidasi.. haha..
Tetap berpegang pada keunikan keluarga, pastinya kita aman.
*bersambung...
-Tuhan Memberkati-
Diskusi ini mempunyai tujuan bahwa semakin terbuka wawasan baru bagaimana praktek HS di keluarga masing-masing. Aku sendiri menarik kesimpulan setiap orang tua yang hadir di FESPER kemarin sebenarnya sudah banyak mengerti tentang praktek HS itu sendiri, hanya saja kegalauan masih saja menjadi momok nomer satu yang menghambat mereka.
Galau terhadap apa? mungkin paling masuk akal dan paling umum jawabannya adalah Masa Depan Anak-Anak. Yang kemudian jika dirunut akan muncul, 'apakah aku sudah benar mendidiknya?', 'apakah cara aku memberikan penjelasan sudah pas?', 'apakah fasilitas dan arahan yang kuberikan sudah sesuai dengan keinginannya?'....
Hal-hal ini pasti akan melintas di benak setiap orang tua, tidak hanya praktisi HS.
Sehingga hanya satu kunci dari semuanya itu, yaitu Keyakinan.
Keyakinan akan satu VISI akan membawa kepada Kekompakan suami istri.
Kekompakan terhadap segala sesuatu disertai dengan contoh nyata akan memberikan teladan bagi anak-anak dan dengan sendirinya akan membawa kepada praktek HS yang paling cocok dengan keluarga itu sendiri.
Memang perlu ditarik sebuah garis besar terlebih dahulu.
VISI MISI keluarga tersebut apa. Lalu bagaimana bersama anak-anaka mencapai semuanya itu.
Dan garis-garis kecil yang merupakan tindakan nyata satu persatu yang didasari dengan nilai-nilai baik keluarga inilah yang diterapkan ke dalam keseharian pendidikan sebuah keluarga (HS).
Tema Diskusi III : lupa... ;)
Kalau yang tadi agak lupa, yang ini sangat lupa. Namun sesi ketiga ini justru paling penting karena kita bisa tanya langsung kepada sang maestro yaitu Pak Aar, Pak Dodik, dan Bu Septi. Mereka berbagi pengalaman dan juga bersedia menjawab pertanyaan yang muncul apapun itu dari para peserta.
Bicara tentang keseharian memang tiada habisnya.Sangat bervariasi dan kadang mengintimidasi.. haha..
Tetap berpegang pada keunikan keluarga, pastinya kita aman.
*bersambung...
-Tuhan Memberkati-
Komentar
Posting Komentar