Belajar Pasang Konblok
Sudah sejak lama memang rencana memberikan pijakan di kebun belakang. Awalnya pijakan tersebut hanya sekedar digunakan untuk santai atau sekedar menyiram tanaman di belakang.
Setelah beberapa teman berbagi cerita tentang menanam sayur sendiri, juga hidroponik, maka terlintas juga ide ini dalam benakku.
Cukup lama terealisasi rencana ini. Beberapa momen memang patut diprioritaskan saat itu.
Tetap bersyukur, kami dapat mewujudkan secara bertahap. Dan kami memilih untuk memasang konblok sebagai pijakan baru di kebun belakang.
Waktunya pun terasa pas. Walaupun sempat hampir dibatalkan karena ada tugas pelayanan untuk koor pernikahan. Tapi karena hasil diskusi akhirnya dimenangkan Abi, dan sepertinya memang sudah seharusnya, maka terealisasilah rencana pasang konblok ini. Terimakasih ya mas Abi yang telah mengingatkan kami.
Abi heboh seperti biasa ketika ada pengalaman baru yang akan diterimanya.
Dari pagi sudah tanya perlu beli apa, konblok beli dimana, sudah beli apa belum, kapan datangnya.
Lalu menceritakan kembali kepadaku ketika mobil pembawa pasir dan konblok datang. Padahal aku pun melihat mobil itu datang hehe...
Heboh tiada henti memang judulnya.
Papa mengajak Abi bermain Hukum Bernouli dengan selang kecil yang panjang dan diisi air.
Abi bisa melihat naik turunnya air di dalam selang tersebut. Kapan level tingginya sama dan kapan tidak sama ketika ujung yang lain dirubah-rubah posisinya. Bahwa di dalam selang tersebut terisi udara juga selain air.
Dan proses pemasangan konblok pun dimulai.
Abi dan Papa mengukur luasan yang akan dipasangi konblok terlebih dahulu. Lalu membuat garis batas tinggi dengan tali.
Selanjutnya pemindahan pasir dari carport ke kebun belakang dilakukan. Abi yang memasukkan pasir ke ember sementara Papa yang mondar-mandir membawa ember pasir.
Dilanjutkan dengan pemasangan konblok dan penyebaran pasir ke sela-sela konblok untuk mengisi rongga yang ada supaya lebih kuat.
Terakhir disiram agar lebih memadat pasirnya dan mengikat konblok.
Seru sekali melihatnya.
Keringat bercucuran di muka Abi hehehe... Tapi dia tetap semangat.
Justru kami yang selalu mengingatkan. "Kalau capek istirahat ya mas.."
Ketahuan orangtuanya kuatir sendiri ...
Sekitar 5 jam konblok pun terpasang rapi.
Waa terimakasih dua jagoanku yang baik.
-Tuhan Memberkati-
Setelah beberapa teman berbagi cerita tentang menanam sayur sendiri, juga hidroponik, maka terlintas juga ide ini dalam benakku.
Cukup lama terealisasi rencana ini. Beberapa momen memang patut diprioritaskan saat itu.
Tetap bersyukur, kami dapat mewujudkan secara bertahap. Dan kami memilih untuk memasang konblok sebagai pijakan baru di kebun belakang.
Waktunya pun terasa pas. Walaupun sempat hampir dibatalkan karena ada tugas pelayanan untuk koor pernikahan. Tapi karena hasil diskusi akhirnya dimenangkan Abi, dan sepertinya memang sudah seharusnya, maka terealisasilah rencana pasang konblok ini. Terimakasih ya mas Abi yang telah mengingatkan kami.
Abi heboh seperti biasa ketika ada pengalaman baru yang akan diterimanya.
Dari pagi sudah tanya perlu beli apa, konblok beli dimana, sudah beli apa belum, kapan datangnya.
Lalu menceritakan kembali kepadaku ketika mobil pembawa pasir dan konblok datang. Padahal aku pun melihat mobil itu datang hehe...
Heboh tiada henti memang judulnya.
Papa mengajak Abi bermain Hukum Bernouli dengan selang kecil yang panjang dan diisi air.
Abi bisa melihat naik turunnya air di dalam selang tersebut. Kapan level tingginya sama dan kapan tidak sama ketika ujung yang lain dirubah-rubah posisinya. Bahwa di dalam selang tersebut terisi udara juga selain air.
Dan proses pemasangan konblok pun dimulai.
Abi dan Papa mengukur luasan yang akan dipasangi konblok terlebih dahulu. Lalu membuat garis batas tinggi dengan tali.
Selanjutnya pemindahan pasir dari carport ke kebun belakang dilakukan. Abi yang memasukkan pasir ke ember sementara Papa yang mondar-mandir membawa ember pasir.
Dilanjutkan dengan pemasangan konblok dan penyebaran pasir ke sela-sela konblok untuk mengisi rongga yang ada supaya lebih kuat.
Terakhir disiram agar lebih memadat pasirnya dan mengikat konblok.
Seru sekali melihatnya.
Keringat bercucuran di muka Abi hehehe... Tapi dia tetap semangat.
Justru kami yang selalu mengingatkan. "Kalau capek istirahat ya mas.."
Ketahuan orangtuanya kuatir sendiri ...
Sekitar 5 jam konblok pun terpasang rapi.
Waa terimakasih dua jagoanku yang baik.
-Tuhan Memberkati-
Komentar
Posting Komentar