Belajar melalui PROSES

Belajar melalui sebuah proses sebenarnya tanpa sadar kita alami dalam keseharian.
Entah itu ketika kita sendiri yang sedang bergelut dengan pekerjaan di kantor, atau ketika kita sedang berbeda pendapat dengan pasangan hidup, atau juga ketika kita sedang menemani anak bermain dan belajar.

Sejak menetapkan pilihan kepada homeschooling, kami berdua meyakini bahwa sebuah proses adalah hal terpenting dalam keseharian kami bersama Abi. Hasil yang terjadi karena proses tersebut menjadi prioritas berikutnya.

Awalnya, aku pribadi tidak yakin dengan itu. Dengan latar belakang masa kecil yang dididik dengan penuh target dan dituntut memberikan hasil yang selalu baik, membuatku berpikir bahwa hasil adalah yang utama tanpa memikirkan prosesnya. Yang mana cara pandang seperti ini seolah selalu bergumul dalam benakku selama sekian tahun.

Aku bersyukur, dalam proses perjalanan kami berdua, Aji mendukungku dengan membantu berdiskusi tentang sudut pandangnya yang berbeda apapun itu dan memfasilitasi dengan berbagai buku. Dulunya aku tidak terlalu suka membaca buku. Dan Aji bisa menularkan kebiasaan baik kepadaku.
Seperti kata pepatah, "Buku adalah gudang berjuta ilmu". Walaupun sekarang di masa digital, mencara segala informasi bisa melalui internet, namun buku tetap selalu menjadi pilihan.

Banyak pengetahuan baru yang aku dapatkan dari berbagai media juga dari sharing para sahabat, termasuk para pakar parenting dan pendidikan anak. Kami pun mencoba untuk mempraktekkan satu demi satu. Dalam perjalanan kami sampai dengan saat ini, banyak peristiwa yang kami alami sendiri di depan mata hasil dari kesabaran kami terhadap suatu proses tersebut. Hingga sampai pada suatu keyakinan bahwa itu cukup untuk saat ini dan semua ada waktunya.

Salah satunya adalah ketika Abi ijin untuk bangun pagi jam 8.30.
Sebenarnya aku ingin Abi mulai bangun pagi. Awalnya aku berencana meminta kesepakatan bahwa mulai kapan harus bangun pagi. Namun aku masih meyakini bahwa yg terpenting adalah proses.
Proses dimana Abi mengerti sendiri bagaimana cara menghadapi dirinya sendiri dan mengatur waktunya sendiri.
Dan pada kenyataannya, Abi bisa dengan mudah bangun dini hari, ketika memang harus bangun untuk keperluan tertentu. Atau harus bangun subuh, jika memang harus segera pergi.

gambar dari internet


Aku lebih memprioritaskan proses dimana Abi bisa mengerti sendiri bagaimana harus bersikap di waktu - tempat - kondisi yang seperti apa. Dan saat ini, semua itu sudah cukup.

dimana Abi bangun pada jam yang sesuai dengan yang diucapkannya semalam - melakukan ritualnya sendiri (tanpa diminta): doa, beresin kasur, pipis, minum air putih - dimana Abi menyapaku "Selamat Pagi Mama.." dan menciumku - kemudian dia ijin untuk makan dulu baru menyiram tanaman (tugas rutin) dan mandi dan itu dia lakukan secara otomatis setelah ijin kuberikan

dimana Abi berinisiatif mengisi waktu menunggu sarapan dengan menonton Cbeebies sambil sesekali menyapaku di dapur.. "Waaa baunya enak!" - setelah sarapan siap disantap, Abi berinisiatif mengambil piring makan untuknya dan untukku - setelah selesai makan, Abi meletakkan piringnya ke bak cuci, minum air putih

dimana saat mandi, Abi melihat bak kurang bersih dan minta bantuanku untuk membersihkannya bersama karena belum sampai tangannya ke dasar bak -  dan Abi berinisiatif membersihkan wc

dimana Abi melihat baju yang belum sempat kusetrika dan bersedia membantuku memilah-milah bajunya sendiri antara kaos dan celana untuk memudahkan proses penataan.

dimana saat temannya datang ke rumah, Abi bersedia mengajari temannya dengan sabar cara bermain minecraft - dan mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik.


Selain itu, di usia Abi saat ini (5.5thn), kami lebih memprioritaskan nilai-nilai kehidupan yang bisa dipelajari dari keseharian atau buku-buku cerita anak, dibandingkan dengan kemampuan akademik, dalam arti membaca-menulis-berhitung.

Kami yakin kemampuan akademik Abi nantinya akan berkembang dg sendirinya ketika otak siap, dan hal ini terbukti, kami diperkenankan untuk mengalaminya bersama Abi.

Abi berinisiatif untuk mengeja setiap kata yang ditemuinya dan sudah mulai membaca sendiri serta mengerti apa yang dibacanya.
Abi suka menghitung apa saja yang ada di sekitarnya dan berinisiatif untuk bertanya kepada kami apakah cara berhitungnya benar, atau hasilnya benar atau tidak/

Abi sudah mulai mampu menulis namanya sendiri, nama mama, nama papa, dan sering sekali memintaku menemainya mengetik di blognya.

Semua proses tersebut yang terjadi dijalani oleh Abi sendiri.
Bantuan kami hanyalah memperkenalkan huruf, angka, bentuk, dan membacakan cerita setiap malam sebelum tidur.

gambar dari internet


Nilai Kehidupan bisa diambil dalam keseharian, entah itu sikap baik ataupun sikap kurang baik..
Kami merasa lebih nyaman dan tenang ketika Abi bisa bersikap Sopan dan Hormat terhadap orang lain baik yg lebih tua maupun lebih muda. Salah satu contohnya, dan semua itu cukup...

ketika akan bertamu (bermain) ke rumah teman, dan Abi mampu ijin ke kami bahwa dia akan main ke rumah teman - lalu mengucapkan permisi di depan rumah teman dan ijin kepada sang empunya rumah apakah boleh bermain di situ - dan ijin ketika akan pulang.

ketika Abi mampu mengambil hikmah dari sikap yang kurang baik menurut Abi yang ada di depan mata saat teman2 datang bermain dan belum mau merapikan mainan yang dipakai bermain.
ketika Abi mengingatkan mereka untuk merapikan bersama - namun ketika tidak terjadi, Abi akan merapikannya sendiri - dan Abi mampu mengerti bahwa Abi tidak perlu melakukan hal yg sama.

ketika Abi mampu memberikan toleransi kepada kami berdua saat kami membutuhkan waktu dalam melakukan pekerjaan kami masing-masing - dan Abi mampu mengikuti ritme jam biologis di saat tertentu tersebut.

Banyak sikap sederhana dalam keseharian yang dapat menjadi pembelajaran kita bersama antara anak dan orang tua dan perlu kita sadari.

Tugas kita hanyalah:
- memberikan RUANG bagi mereka berPROSES dengan bahagia
- mengamati, memfasilitasi, dan TERLIBAT bersama
- memberikan TOLERANSI (SABAR) besar tanpa tuntutan keegoisan kita
- memberikan PERHATIAN penuh kepada mereka melalui jiwa dan raga kita 
- meyakini bahwa SEMUA ADA WAKTUNYA

gambar dari internet



Itu semua sangatlah CUKUP bagi mereka yang akan membuat anak merasa yakin dan tenang bahwa kita hadir untuknya, sehingga nantinya mereka pun akan mengingat dan menghargai semuanya itu.

-Tuhan Memberkati-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOOK: Day by Day with My Son

Tema Keluarga 2024

Otak Relax vs Pikiran Aktif