Bermain bersama Teman
Sekitar seminggu ini Abi menemukan "soul-mate" ketika bermain di luar
Ada Timita 5 tahun, dan sedang bersekolah formal di Savana kelas TKB
Ada Raka 6 tahun, dan sedang bersekolah formal di Ameila kelas 1 SD
Setiap sore mereka selalu bertemu, entah itu bersepedaan bersama, main ke salah satu rumah, atau hanya duduk-duduk bercanda dan akhirnya berantem di lorong valencia K8 ini..
Yang aku perhatikan ketika terlibat bermain bersama mereka adalah..
Ada anak yang sangat ingin menjadi superior dan menguasai segala yang ada tanpa memperdulikan temannya, dan juga memanipulasi keadaan.. paling sering mengatakan seperti ini:
- "ini punya aku.." (padahal milik orang lain)
- "ah kamu ambil punya aku, kan aku lihat duluan" (padahal yang pegang/lihat duluan bukan dia)
- "iih kamu dipanggil oma lho, mau dimarahin tuh" (padahal sama sekali tidak ada yg memanggil bahkan memarahi, pun tidak ada alasan untuk itu, kondisi sedang adem ayem)
Satu lagi, heboh dengan mainan dan keleluasaan yang ada sehingga dia ingin bermain ini itu menjadi tidak fokus.. Belum ada 5 menit memegang mainan A, mendadak pindah ke mainan B, dan keadaan menjadi tidak nyaman ketika bermain bersama karena temannya jadi bingung hehehe..
Sedangkan di sisi lain, ketika mendengar ada teriakan dari rumah atau dari jalan memanggil namanya, dia langsung kelimpungan dan ketakutan lalu lari menghampiri panggilan itu.
Dan Abi nih..
karena terbiasa di rumah kami saling mendengarkan .. ada saat ketika dia berbicara, yang lain tidak mau kalah dan sama sekali tidak mendengarkan Abi bahkan lama-lama Abi bersuara keras..
Ditambah Abi yang memiliki perasaan halus.. jadilah Abi pulang ke rumah sambil mewek..
Abi pun bercerita.. (aku bersyukur dia selalu bisa bercerita sehingga aku tau kondisinya)...
"Mamaaaa, tadi aku mo ngomong sama timita, tapi timita nya gak dengerin, aku panggil-panggil malah pergi trus aku bicara malah timitanya bicara sama raka... huaaaa"
Ada yang lucu juga..
Ketika mereka main ke rumah kami, Oma dari salah satu anak bilang ke aku berkali-kali:
"Aduh Bu, disuruh keluar aja. Maaf lho Bu, dia mah sukanya ngeberantakin aja, nanti bikin rempong deh. Jadi berantakan nanti rumahnya. Disuruh pulang aja deh Bu anaknya itu."
Responku hanya tersenyum dan bilang "Gakpapa Oma, namanya juga main, berantakan gakpapa kok.." Namun sebenarnya aku sempat tersentil, kenapa masih berkata-kata seperti itu ya.
Wkwkwkwk... pelajaran berharga "bermain bersama teman"
Aku sungguh melihat bahwa apa yang diucapkan dan kebiasaan yang dilakukan oleh Orang Tua dan Pengasuh (baik Nenek/Kakek atau BS) sangat mempengaruhi kebiasaan anak dan akan dibawanya sampai dia besar nanti entah itu baik atau tidak standardnya, namun di mata mereka saat itu, yang ada saat itulah yang benar.
Ketika kita terbiasa "menyingkirkan" anak dari pembicaraan atau hadapan kita, dalam arti tidak mendengarkan mereka berbicara sampai selesai dan ikut berempati dengan apa yang mereka ceritakan, maka TIDAK MENDENGARKAN menjadi sebuah sikap yang benar dan it's fine yang mereka terima dan akan mereka bawa sampai mereka besar nanti.
Ketika kita terbiasa "membohongi" anak kita dengan merekayasa semua kejadian supaya keinginan kita terpenuhi, secara tidak langsung pun mereka akan mengadaptasi. Entah bagaimana caranya, karena somehow, anak itu sangat pintar meniru dengan cara yang kita tidak tahu at all.
Maka, sikap seperti itupun akan dianggap sebagai sikap yang benar oleh anak dan dilakukan kepada temannya atau relasinya ketika dia besar nanti.
Ketika kita terbiasa "merendahkan" anak dengan menyebut dia suka bikin ribet, berantakin, suka nyusahin, dan kata-kata lain sejenisnya.. Apakah kita tidak sadar, berondongan kata-kata ini masuk ke alam bawah sadar anak (balita)? Kalo sudah masuk, kata-kata itu merupakan faktor besar pembentuk mereka berkembang besar nantinya. Tak heran anak mukanya tidak ceria.. tampak agak cemberut, agak kaku, dan jarang tertawa.
Children See Children Do
Grab your children to your warmth with positive word
Banyak artikel di internet yang mengajarkan hal ini yang bisa kita baca-baca.
Aku juga masih harus banyak membaca... :)
-Tuhan Memberkati-
Ada Timita 5 tahun, dan sedang bersekolah formal di Savana kelas TKB
Ada Raka 6 tahun, dan sedang bersekolah formal di Ameila kelas 1 SD
Setiap sore mereka selalu bertemu, entah itu bersepedaan bersama, main ke salah satu rumah, atau hanya duduk-duduk bercanda dan akhirnya berantem di lorong valencia K8 ini..
Yang aku perhatikan ketika terlibat bermain bersama mereka adalah..
Ada anak yang sangat ingin menjadi superior dan menguasai segala yang ada tanpa memperdulikan temannya, dan juga memanipulasi keadaan.. paling sering mengatakan seperti ini:
- "ini punya aku.." (padahal milik orang lain)
- "ah kamu ambil punya aku, kan aku lihat duluan" (padahal yang pegang/lihat duluan bukan dia)
- "iih kamu dipanggil oma lho, mau dimarahin tuh" (padahal sama sekali tidak ada yg memanggil bahkan memarahi, pun tidak ada alasan untuk itu, kondisi sedang adem ayem)
Satu lagi, heboh dengan mainan dan keleluasaan yang ada sehingga dia ingin bermain ini itu menjadi tidak fokus.. Belum ada 5 menit memegang mainan A, mendadak pindah ke mainan B, dan keadaan menjadi tidak nyaman ketika bermain bersama karena temannya jadi bingung hehehe..
Sedangkan di sisi lain, ketika mendengar ada teriakan dari rumah atau dari jalan memanggil namanya, dia langsung kelimpungan dan ketakutan lalu lari menghampiri panggilan itu.
Dan Abi nih..
karena terbiasa di rumah kami saling mendengarkan .. ada saat ketika dia berbicara, yang lain tidak mau kalah dan sama sekali tidak mendengarkan Abi bahkan lama-lama Abi bersuara keras..
Ditambah Abi yang memiliki perasaan halus.. jadilah Abi pulang ke rumah sambil mewek..
Abi pun bercerita.. (aku bersyukur dia selalu bisa bercerita sehingga aku tau kondisinya)...
"Mamaaaa, tadi aku mo ngomong sama timita, tapi timita nya gak dengerin, aku panggil-panggil malah pergi trus aku bicara malah timitanya bicara sama raka... huaaaa"
Ada yang lucu juga..
Ketika mereka main ke rumah kami, Oma dari salah satu anak bilang ke aku berkali-kali:
"Aduh Bu, disuruh keluar aja. Maaf lho Bu, dia mah sukanya ngeberantakin aja, nanti bikin rempong deh. Jadi berantakan nanti rumahnya. Disuruh pulang aja deh Bu anaknya itu."
Responku hanya tersenyum dan bilang "Gakpapa Oma, namanya juga main, berantakan gakpapa kok.." Namun sebenarnya aku sempat tersentil, kenapa masih berkata-kata seperti itu ya.
Wkwkwkwk... pelajaran berharga "bermain bersama teman"
Aku sungguh melihat bahwa apa yang diucapkan dan kebiasaan yang dilakukan oleh Orang Tua dan Pengasuh (baik Nenek/Kakek atau BS) sangat mempengaruhi kebiasaan anak dan akan dibawanya sampai dia besar nanti entah itu baik atau tidak standardnya, namun di mata mereka saat itu, yang ada saat itulah yang benar.
Ketika kita terbiasa "menyingkirkan" anak dari pembicaraan atau hadapan kita, dalam arti tidak mendengarkan mereka berbicara sampai selesai dan ikut berempati dengan apa yang mereka ceritakan, maka TIDAK MENDENGARKAN menjadi sebuah sikap yang benar dan it's fine yang mereka terima dan akan mereka bawa sampai mereka besar nanti.
Ketika kita terbiasa "membohongi" anak kita dengan merekayasa semua kejadian supaya keinginan kita terpenuhi, secara tidak langsung pun mereka akan mengadaptasi. Entah bagaimana caranya, karena somehow, anak itu sangat pintar meniru dengan cara yang kita tidak tahu at all.
Maka, sikap seperti itupun akan dianggap sebagai sikap yang benar oleh anak dan dilakukan kepada temannya atau relasinya ketika dia besar nanti.
Ketika kita terbiasa "merendahkan" anak dengan menyebut dia suka bikin ribet, berantakin, suka nyusahin, dan kata-kata lain sejenisnya.. Apakah kita tidak sadar, berondongan kata-kata ini masuk ke alam bawah sadar anak (balita)? Kalo sudah masuk, kata-kata itu merupakan faktor besar pembentuk mereka berkembang besar nantinya. Tak heran anak mukanya tidak ceria.. tampak agak cemberut, agak kaku, dan jarang tertawa.
Children See Children Do
Grab your children to your warmth with positive word
Banyak artikel di internet yang mengajarkan hal ini yang bisa kita baca-baca.
Aku juga masih harus banyak membaca... :)
-Tuhan Memberkati-
Komentar
Posting Komentar