Growing with Our Kid (2)

Melanjutkan postingan seri (1) sebelumnya, aku coba sharing lagi tentang ide-ide dan pengetahuan yang aku dapat dari berbagai buku dan informasi dalam bertumbuhnya kita bersama balita kita...

- Sejajarkan Tubuh dan Tatapkan Mata -
Kebiasaan orang dewasa, orang tua kepada anak khususnya, ketika memberitahu atau menasehati sesuatu atau bahkan memarahi anak adalah dengan sikap berdiri dan menuding. Sikap ini sangat kurang baik diterima oleh anak kita. Anak akan merasa terintimidasi dan sinyal yang ditangkap adalah "marah dan salah" itu saja, tanpa tahu apa yang sebenarnya jadi masalah, dimana salahnya, dan kenapa orang tuanya marah. Sangat disayangkan kalau hal ini terjadi terus-menerus secara berkelanjutan, anak akan mencontoh bagian marahnya saja, dan bisa jadi nantinya akan mudah marah ketika diberi masukan oleh siapapun.

Mari kita coba belajar dengan cara ini:
*siapkan kalimat lugas, singkat, jelas, to the point
*ajak anak mendekat kepada kita, bungkukkan badan kita atau bisa juga dengan jongkok kalau anak kita masih terlalu kecil/pendek
*tatap matanya dengan lembut, sampaikan kalimat2 yang sudah kita siapkan dengan nada tegas bukan nada tinggi
*tanyakan apakah dia mengerti dan minta dia mengulang kembali apa yang kita katakan

Oya, sikap ini adalah perbaikan dari sikap kita juga yang kadangkala memarahi anak dengan berteriak namun tak beranjak dari tempat kita berdiri atau duduk.

Contoh:
Setelah makan, Abi lari sana lari sini, maksudnya bermain lari-larian. Mama sudah mengingatkan untuk duduk sebentar setelah makan. Tapi Abi masih juga lari-larian. Kemudian BRAK! Abi jatuh dan muntah sedikit.
Ma2: (jongkok dan mata sejajar) "mas Abi jatuh ya? kenapa kok bisa jatuh dan muntah?"
Abi: "iya jatuh. karena aku lari-lari jadinya muntah deh" (biasanya dia jawab begitu)
Ma2: "Abi tadi abis makan ya? (Abi manggut2). Boleh ga abis makan trus lari2?"
Abi: "Ga boleh"
Ma2: "Jadi gimana kalo abis makan?"
Abi: "duduk dulu"
Ma2: "supaya apa duduk dulu?"
Abi: "supaya turun sini (sambil tunjuk perut)"
Ma2: "betul sayang. jadi Abi bisa ngerti ?"
Abi: "iya. kalo uda turun boleh lari-lari ya"

- Hindari Kata Negatif / Berikan selalu Kata Positif -
Menurutku memberikan dan mengekspresikan sesuatu yang positif sangat baik adanya dan pasti akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Hanya perlu kemauan dan keteguhan kita sebagai orang tua untuk bisa merubah sikap kita yang tanpa sadar adalah negatif menjadi positif. Sesuatu yang positif bisa diartikan banyak hal, baik dari sikap tubuh, jenis kata, intonasi, tatapan mata, dsb.

Beberapa contoh yang sangat sederhana adalah:

*STOP MENGEJEK/MERENDAHKAN..
Terkadang tanpa sadar kita mengatakan "ah, kamu anak kecil ga ngerti laaah" ato "ih cemen ya gitu aja ga berani" ato "hiiy takut ya takut ya sama cicak..hiiyyy" dan kalimat2 serupa lainnya, percaya ato tidak kalimat semacam ini akan tersimpan dalam memori bawah sadar anak kita dan menghambat perkembangannya. Anak akan merasa takut terhadap sesuatu ato merasa bodoh, dan itu akan tersimpan terus tanpa sadar hingga dewasa.

*MEMBERIKAN PUJIAN..
Apapun yang dilalukan anak yang bersifat sebuah pencapaian, berilah pujian, sekecil apapun pencapaian dari kegiatan tersebut. Misalnya, pulang sekolah anak menunjukkan hasil belajar mewarnainya, walopun masih keluar dr garis ato warnanya belum rata .. berikanlah pujian bahwa dia sudah bisa mewarnai dan besok akan lebih pandai lagi mewarnai.

*NO SINETRON/STOP NONTON SINETRON....
Kita sangat tahu pastinya bahwa didalam sinetron sekarang ini banyak sekali perilaku dan kata negatif dan berlebihan yang selalu dimunculkan. Apabila anak kita mengkonsumsi tontonan seperti ini setiap hari maka niscaya akan menirunya, sehingga anak balita bisa dengan mudah mengenal kata bodo, bego, cerewet, dsb.

- Konsekuensi -
Memberikan konsekuensi menurutku sah-sah saja dilakukan untuk memberi gambaran pada anak tentang tanggung jawab terhadap apa yang dia kerjakan. Konsekuensi yang diberikan bisa berbagai macam, dari mengurangi jam main dengan mainan favoritnya, menyuruhnya melakukan hal lain yang mendidik, atau bisa juga memberikan hukuman diam.

Kesepakatan yang kami lakukan di rumah dengan Abi adalah hukum diam. Hukum Diam ini tidak semata-mata memarahinya dengan menyuruh diam loh. Mungkin kalo ada yang sudah pernah lihat tayangan "Super Nanny 911", hukum diam adalah mendudukkan anak di tempat yang telah disepakati sebagai tempat konsekuensi, lalu anak diminta untuk diam dalam hitungan menit disesuaikan dengan usianya. Misalnya 3tahun, maka hukum diam selama 3menit. Dan percaya ga percaya, it works!
Kesepakatan ini kurasa lebih baik daripada berteriak-teriak memarahi anak kita.

- Memberi Contoh -
Bagian ini pada umumnya terlewati oleh kita tanpa kita sadari. Seringkali yang terjadi adalah, kita minta anak kita untuk tidak melakukan hal-hal yang kita pandang dan kita yakini itu tidak baik, tapi kita sendiri malah melakukannya di depan mereka. Dan pada suatu saat ketika si anak melakukan hal-hal yang kita larang itu, justru amarah yang diterimanya dari kita.
Contoh yang paling sederhana adalah; kita minta anak untuk belajar membuang sampah di tong sampah, ketika si anak berhasil melakukannya, justru kita membuang tissue atau bungkus permen kemana-mana, asal buang saja dan tidak di tong sampah.
Atau karena alasan tertentu kita tidak memperbolehkan si anak untuk menonton acara TV favoritnya, namun di saat bersamaan kita malah menonton acara lain di TV.

Apa yang kita lakukan pasti akan ditiru oleh anak, terutama anak balita yang sedang berkembang dengan keingintahuannya yang sangat tinggi. Kita mengeluhkan tingkah laku anak kita yang kurang baik menurut kita, namun sungguh disayangkan apabila sebenarnya si anak justru melakukannya karena meniru kita sebagai orang tuanya, yang punya otoritas kuat dalam mendidik anak kita.


Menghadapi tingkah laku anak itu case by case.
Sharingku ini berdasarkan dari apa yang aku hadapi dan aku lihat di sekitarku.
Pastinya sangat banyak pengalaman dari para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Dan menjadi orang tua yang baik itu tidak ada MANUALnya.. So, mau tidak mau dan menurutku adalah suatu kewajiban/tanggung jawab kita untuk terus belajar.

Yuk terus semangat menjadi orang tua yang baik..
semoga postingan ini bisa menjadi sharing positif untuk semua saja yang membaca :)

- Tuhan Memberkati -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema Keluarga 2024

Otak Relax vs Pikiran Aktif

Berhasil itu Apa?